Sabtu, 30 April 2011

Relativitas Bahasa : Apakah Bahasa membentuk Pikiran?

Bahasa di seluruh dunia memiliki cara yang berbeda dalam menjelaskan dunia.Ketika berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa yang cenderung berbeda baik dalam pengucapan maupun strukturnya. Sebagai contoh: dalam Bahasa Inggris untuk mengucapkan ‘gajah memakan kacang’ dibutuhkan informasi mengenai waktu terjadinya kejadian tersebut. Sedangkan dalam Bahasa Rusia dibutuhkan informasi mengenai jenis kelamin dari subjek kalimat tersebut. Di sisi lain, dalam Bahasa Indonesia dan Mandarin, kedua informasi tersebut tidaklah dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa penutur bahasa yang berbeda harus menghadirkan aspek yang sangat berbeda di dunia untuk menggunakan bahasa mereka dengan benar.
Benjamin Lee Whorf (1956) menyatakan bahwa pikiran dibentuk oleh bahasa. Kategori dan perbedaan dari setiap bahasa menghadirkan cara untuk melihat, menganalisis dan bertindak dalam dunia. Beberapa penelitian (Borodotsky,2001;Bowerman,1996) menyatakan bahwa bahasa membentuk pikiran. Sedangkan beberapa penelitian lain(Heider,1972;Malt et al,1999) menyatakan hal yang berlawanan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, dilakukan sejumlah penelitian mengenai efek bahasa pada manusia dalam merepresentasikan ruang, waktu, objek, bentuk dan substansi.
Ruang
Bahasa-bahasa di dunia memiliki cara yang berbeda dalam menggambarkan hubungan spasial. Sebagai contoh, Bahasa Inggris membedakan arti dari kata in (meletakkan sesuatu ke dalam) dan on (meletakkan di atas permukaan). Sedangkan dalam Bahasa Korea, terdapat perbedaan antara ketat dan longgar. McDonough et al (2000) melakukan penelitian untuk melihat apakah perbedaan bahasa tersebut tercermin dalam cara masyarakat Korea dan Inggris dalam menggambarkan hubungan spasial. Baik orang dewasa Korea maupun Inggris ditunjukkan layar yang menampilkan tampilan ketat dan longgar. Setelah itu, subjek ditunjukkan contoh dari tampilan ketat dalam sebuah layar dan tampilan longgar dalam layar yang lain. Subjek Korea lebih familiar dengan tampilan tersebut dibandingkan subjek Inggris. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak dapat lebih siap untuk melihat perbedaan spasial. Bagaimanapun juga, ketika manusia belajar dan menggunakan bahasa, perbedaan spasial diperkuat oleh bahasa tertentu yang dipelajari.
Levinson (1996) melaksanakan penelitian mengenai perbedaan bahasa pada warga Inggris dan Belanda. Bahasa di kedua negara tersebut dan kebanyakan bahasa di negara lain , umumnya sangat bergantung pada persyaratan ruang relatif untuk menggambarkan lokasi relatif dari objek. Sedangkan Tzeltal(bahasa Mayan) bergantung pada referensi absolute. Lokasi spasial utara disebut ‘downhill’. Sedangkan selatan disebut ‘uphill’. Sistem referensi absolut ini merupakan cara dominan untuk mendeskripsikan hubungan spasial diantara objek di Tzeltal. Hal tersebut tidak setara dengan term yang biasa digunakan dalam Bahasa Inggris yaitu depan-belakang atau kiri-kanan.
Untuk melihat apakah perbedaan bahasa tersebut memiliki konsekuensi kognitif, Levinson menguji warga Belanda dan Tzeltal dengan sejumlah tugas spasial. Partisipan diminta untuk duduk di meja dan dihadapkan dengan sebuah panah didepannya yang menuju ke suatu arah, yakni kanan (selatan) atau kiri (utara). Kemudian posisi mereka diputar 180 derajat pada meja kedua dimana terdapat dua panah yang mengarah ke dua arah (kiri dan kanan/utara dan selatan). Subjek diminta untuk mengidentifikasi panah yang sesuai dengan arah yang mereka lihat sebelumnya di meja pertama. Subjek Belanda memilih panah yang tetap mengarah ke kanan (‘relative’ solution) walau sekarang panah berada di arah sebaliknya. Sedangkan Tzeltal memilih arah sebaliknya(‘absolute’ solution). Dalam studi selanjutnya, diikutsertakan subjek dari Inggris yang memiliki hukum arah yang sama dengan Belanda. Hasilnya membuktikan bahwa perbedaan yang disediakan oleh bahasa memang dapat menjadi hambatan penting dalam pemikiran spasial.
Waktu
Bahasa di setiap penjuru dunia juga berbeda dalam mendeskripsikan waktu. Sebagai contoh : di Inggris, kata depan (front) dan belakang (back) dapat digunakan untuk menjelaskan waktu. Sedangkan, dalam Bahasa Mandarin, selain menggunakan kedua term yang memiliki arah horizontal tersebut, digunakan pula metaphor dengan arah vertikal untuk menggambarkan waktu yakni kata up dan down.
Dalam studi yang dilakukan Boroditsky (2001),ditunjukkan bahwa orang Mandarin cenderung berpikir tentang waktu secara vertikal. Sebagai contoh lebih cepat dalam untuk menyatakan bahwa bulan Mei lebih dahulu dari bulan April jika dikatakan dalam arah vertikal dibandingkan horizontal. Hasil tersebut menyajikan dua hal penting yaitu : bahasa adalah alat yang kuat dalam membentuk pikiran dan bahasa yang dikuasai seseorang memainkan peran dalam pembentukan pemikiran sehari-hari.
Bentuk dan Substansi
Bahasa juga menimbulkan perbedaan dalam tata bahasa antara objek dan substansi. Sebagai contoh, di Inggris, objek seperti lilin dan kursi memiliki bentuk tunggal dan jamak yang berbeda tapi substansi seperti lumpur dan air tidak mempunyai bentuk tersebut. Bahasa Inggris membedakan cara perhitungan objek dan substansi. Perhitungan subtsansi lebih membingungkan karena harus memperhatikan unit pengukurannya.
Beberapa bahasa lainnya tidak memiliki batasan tata bahasa antara objek dan substansi. Sebagai contoh, di Mayan, semua kata benda dapat digunakan untuk menunjukkan substansi dan tidak memerlukan pembedaan antara tunggal dan jamak. Lucy dan Gaskins (2001) melaksanakan penelitian yang melibatkan orang Inggris dan Mayan. Mereka diberikan sebuah contoh barang ( sisir plastik dengan gagang) dan diminta untuk memilih satu dari dua barang yang paling mirip dengan contoh barang tersebut. Barang pertama adalah sisir plastik tanpa gagang dan barang kedua adalah sisir kayu dengan gagang. Orang Inggris cenderung memilih barang kedua. Sedangkan orang Mayan memilih barang pertama. Hal ini membuktikan bahwa orang Inggris cenderung melakukan pencocokan bentuk. Di sisi lain, cenderung melakukan pencocokan material. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aspek tata bahasa mempengaruhi cara penutur kata untuk mengkonseptualisasikan bentuk dan objek.
Objek
Bahasa juga berbeda dalam bagaimana nama benda dikelompokkan ke dalam kategori gramatikal. Salah satu fitur bahasa yang berpengaruh adalah gender dalam tata bahasa. Beberapa bahasa hanya memiliki gender maskulin dan feminim tapi pada bahasa yang lain juga mengikutsertakan gender netral. Ketika berbicara dengan bahsa yang memiliki tata bahasa gender, penutur dituntut untuk menentukan gender dari objek serta artikel dan terkadang harus memodifikasi kata keterangan dan kerja sesuai dengan gender kata benda.
Beberapa studi terbaru menyatakan bahwa tata bahasa gender yang diberikan pada benda dapat mempengaruhi reprentasi mental manusia terhadap objek tersebut. Sebagai contoh, ketika orang Spanyol dan Jerman diminta untuk mengurutkan kemiripan antara gambar manusia dengan gambar benda. Kedua kelompok subjek tersebut cenderung mengurutkan gambar benda dengan gambar manusia yang sesuai dengan gender benda tersebut. Dalam studi selanjutnya, ditemukan bahwa kedua kelompok subjek tersebut mendeskripsikan sebuah benda sesuai dengan gender yang dimilikinya. Sebagai contoh : kata jembatan yang memiliki gender feminim dalam Bahasa German didefinisikan oleh kelompok subjek German dengan kata cantik, anggun, rapuh dan ramping. Sedangkan kelompok subjek Spanyol mendeskripsikan kata jembatan dengan kata besar, berbahaya, panjang dan kuat karena kata jembatan memiliki tata bahasa gender maskulin dalam bahasa tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan bukti dari pengaruh bahasa dalam hal ruang, waktu, onjek dan substansi, dapat disimpulkan bahwa bahasa mempengaruhi aspek kognisi manusia. Dalam penelitian selanjutnya, ditemukan bukti bahwa bahasa juga mempengaruhi pengertian manusia terhadap angka, warna, bentuk, kejadian dan pemikiran lainnya. Selain itu kehidupan mental pribadi orang yang berbicara bahasa yang berbeda mungkin berbeda jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Proses linguistik meresap dalam domain yang paling mendasar pada pikiran. Penelitian mengenai bahasa membantu kita untuk menetapkan apa yang mungkin ada atau apa yang secara umum ada dalam kognisi manusia.
Referensi :
Boroditsky, L. (2002). Linguistic Relativity. Linguistic Relativity , 917-921.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar