Rabu, 11 Mei 2011

Bunda Teresa

Perempuan yang akrab disapa dengan Bunda ini dilahirkan di Skopje, Albania, 26 Agustus 1910. Bunda Theresa sebenarnya memiliki nama lengkap Agnes Gonxha Bojasxhiu. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ketika ayahnya masih hidup, keluarganya berkecukupan, dimana ayahnya bekerja sebagai Kontraktor, wholesale food import,dan politisi. Sedangkan Ibunya hanya sebagai Ibu rumah tangga, keduanya sangat menentukan di dalam perkembangan kepribadian dari Bunda Teresa.
Bunda Teresa memandang ibunya sebagai seorang yang lembut, hangat dan baik namun sangat disiplin. Didikan yang diingat oleh Bunda Teresa adalah Ibunya selalu mengajarkan anaknya untuk mematikan lampu setiap malam. Ibunya mengatakan bahwa orang yang tidak menghargai energi (Listik) sama saja dengan orang bodoh. Sifat ini sepertinya diturunkan pada Bunda Teresa, sehingga ia sangat menghargai waktu dan ucapan.
Semua anak-anak keluarga Bojaxhiu, sejak kecil telah mengenal konsep tentang keyakinan dan tanah air atau “Fe Y Atdhe”. Konsepnya sudah tertanam di dalam pikiran mereka dari sejak kecil. Ayahnya menanamkan nilai mengenai kecintaan akan etnis, budaya dan kehidupan sederhana. Sedangkan Ibunya mendidik mereka dengan pendidikan agama. Hampir setiap sore, Keluarga Bojaxhiu berkumpul di ruang tamu untuk berdoa Rosario, dan Ibunya selalu menemani anaknya untuk doa malam (doa tidur).
Ibunya tidak hanya mengajarkan mengenai tata cara ritualis, namun mempraktekannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ia selalu siap untuk menolong orang yang membutuhkan. Dengan uang yang diberikan oleh suaminya, Ia selalu membantu anak atau orang tua miskin yang datang kerumahnya. Orang yang kurang beruntung tersebut, tidak hanya mendapatkan uang namun makanan dan obat-obatan. Dan Ibunya selalu mengingatkan kepada anak-anaknya bahwa mereka yang membutuhkan (orang miskin) adalah bagian dari keluarga besar mereka.
Pengalaman yang paling diingat oleh Bunda Teresa adalah Ibunya membawa seorang wanita yang memiliki penyakit tumor kerumahnya, dan merawat sampai ia sembuh. Selain membawa orang yang tidak dikenal kerumahnya, Ibunya sering berkunjung ke rumah orang yang miskin untuk membawa makanan, obat-obatan, dan uang. Pada beberapa kesempatan, Bunda Teresa sering menemani Ibunya yang pergi dari rumah ke rumah untuk memberikan kerohanian dan beberapa kebutuhan jasmani. Pelayanan Ibunya akan orang miskin, menjadi contoh yang sangat kuat, membantu Bunda Teresa mengembangkan spiritualitas dan kerohaniannya.

Pada usia delapan tahun, ayahnya meninggal dan mengakibatkan Finansial Keluarga Bojanxiu terguncang. Ibunya akhirnya menjadi Kepala sekaligus Ibu rumah tangga. Beruntung, Ibunya memiliki semangat kewirausahaan, Ia menjual saputangan buatannya sendiri, juga menjual pakaian dan karpet yang terkenal di Skopje. Walau ibunya menjadi sangat sibuk, tetapi ia selalu berusaha mencari waktu untuk mengunjungi orang yang kurang mampu.
Dalam teori Psikoanalitis sosial, Horney mengasumsikan pada awalnya, orang memulai hidupnya dengan perasaan tidak berdaya, menghadapi kekuatan dunia yang secara potensial penuh dengan permusuhan ( Potentially hostile world), sehingga anak sangat tergantung penuh dengan orangtuanya. Secara alami, anak akan mengalami kecemasan (anxiety), kerentanan (vulnerability), dan ketidakberdayaan (helpless). Sehingga tanpa bantuan dari orangtuanya dalam membantu anak maka anak akan mengembangkan basic anxiety
Horney pun menjelaskan bahwa sosial dan budaya, khususnya pengalaman pada masa kecil, sangat besar pengaruhnya di dalam pembentukan kepribadian. Seseorang yang tidak memperoleh kebutuhan akan kasih sayang dan afeksi yang kuat, maka akan mengembangkan basic hostility terhadap orang tuanya, dan konsekuensinya adalah basic anxiety. Walaupun teorinya kebanyakan menjelaskan mengenai orang yang mengalami Neurotik (gangguan psikologis), namun kebanyakan dapat digunakan untuk orang normal.
Horney dalam (Feist & Feist, 2009) menyatakan bahwa kesulitan pada masa kanak-kanak memungkinkan munculnya neurotik need. Kebutuhannya akan menjadi lebih kuat ketika anak hanya mengartikan hal tersebut sebagai sarana untuk mendapatkan feeling of safety. Dan dengan kata lain, totalitas hubungan orang tua dan masa kanak-kanak sangat penting dalam pembentukan kepribadian.