Sabtu, 30 April 2011

Penjelasan Teoritis untuk huruf kecil pada pengetahuan alfabet bagi anak-anak prasekolah

I. Pendahuluan
Tahap perkembangan bahasa pada anak meliputi kemampuan memperoleh pengetahuan melalui bahasa lisan dan tulisan (Nation & Snowling, 2004 dalam Turnbull et al, 2010). Salah satu kemampuan yang berkaitan dengan bahasa, adalah pemahaman tentang huruf abjad atau alfabet. Pengetahuan tentang huruf sangatlah penting dan merupakan dasar keterampilan membaca, yang berfungsi sebagai salah satu prediktor yang paling penting bagi pengenalan kata pada anak-anak di pendidikan formal dasar. Pengetahuan tentang huruf memberikan kontribusi langsung untuk pemahaman anak terhadap korespondensi antara huruf dan suara, serta kemampuan pengenalan kata, disamping daya prediksi untuk kemampuan pemahaman huruf anak-anak. Huruf abjad terdiri dari dua jenis, yaitu huruf besar dan huruf kecil. Penelitian yang bertujuan untuk memahami hakikat pengetahuan tentang huruf kecil masih relatif sedikit. Oleh karena itu, jurnal yang berjudul “Theoretical Explanations for Preschoolers’ Lowercase Alphabet Knowledge” membahas tentang penjelasan teoritis untuk huruf kecil pada pengetahuan alfabet bagi anak-anak prasekolah.
Di dalam jurnal ini dipaparkan empat hipotesis yang menjadi landasan teori bagi anak-anak untuk lebih mungkin untuk mengetahui huruf kecil:
1. Apabila huruf kecil tersebut sesuai dengan huruf besar yang akrab bagi mereka
Anak-anak cenderung mendapatkan kemampuan untuk memahami huruf besar sebelum huruf kecil, dengan demikian hipotesis ini menyatakan bahwa anak seharusnya lebih mengenal huruf abjad kecil dimana mereka tahu bentuk huruf besarnya, dibandingkan lebih dahulu mengetahui huruf kecil tetapi mereka tidak mengetahui bentuk huruf besarnya.

2. Apabila terdapat kemiripan antara bentuk huruf besar dan huruf kecil
Hipotesis ini menyatakan bahwa anak-anak akan lebih mengetahui bentuk huruf kecil yang letaknya berdekatan dengan huruf besarnya, dibandingkan dengan huruf kecil yang letaknya berdekatan secara visual dengan huruf besar yang berbeda tipe (Treiman & Kessler, 2004 dalam Turnbull et al, 2010). Peran bentuk objek terhadap pemahaman leksikal anak juga berperan penting. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa bentuk, dibandingkan dengan atribut lainnya, merupakan fondasi penting bagi pemahaman lebih lanjut tentang obyek huruf selama tahun-tahun prasekolah (Baldwin, 1989; Landau, Smith, & Jones, 1998; Smith, Jones, & Landau, 1992 dalam Turnbull et al, 2010).
3. Apabila ada kesamaan dengan nama anak tersebut
Anak-anak menerima lebih banyak eksposur atau pengulangan terhadap awal huruf nama pertama mereka daripada huruf lainnya, dan mereka merasakan kepemilikan yang melekat atas huruf ini, sehingga huruf ini terlihat lebih menonjol daripada huruf-huruf lain. Kemudian barulah kecenderungan ini meluas ke huruf abjad yang lain.
4. Apabila huruf tersebut sering muncul dalam kata-kata (dalam hal ini bahasa Inggris)
Hipotesis ini menyatakan bahwa frekuensi munculnya huruf dalam teks akan membuat anak memiliki pemahaman yang lebih dibandingkan dengan huruf yang jarang ditampilkan dalam suatu teks Bahasa Inggris. Frekuensi kemunculan menjadi faktor penting dalam pembelajaran huruf secara general.

II. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan pemahaman kita tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan tentang suatu sistem simbolik tertentu, yang harus mereka kuasai supaya dapat menjadi partisipan aktif di dalam masyarakat mereka. (DeLoache, 2004 dalam Turnbull et al, 2010). Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional untuk memeriksa kontribusi independen dari empat hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya tentang pembelajaran huruf kecil pada anak-anak.

III. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada 461 anak-anak berusia antara 3 sampai 5 tahun yang mengikuti program prasekolah di wilayah Atlantik Tengah. Indikator utama yang menjadi spesifikasi subyek adalah anak tersebut berada dalam tahapan minimum yang berkaitan dengan penghasilan utama, pendidikan orang tua, kesehatan, kepedulian terhadap perkembangan, ketidakmampuan ekonomi

IV. Prosedur Penelitian
Pengumpulan data dilakukan selama 6 minggu yang dimulai pada bulan April hingga pertengahan Mei pada tahun akademis. Alat pengukurannya berupa subtes dari Phonological Awareness Literacy Screening untuk anak Pra Sekolah yang bernama Alphabet Recognition. Subyek penelitian dibagi kedalam 3 kelompok yang mendapat tugas berbeda-beda, kelompok pertama diberikan kertas yang berisi 26 huruf dengan karakteristik yang acak (huruf besar dan huruf kecil), kelompok kedua diberikan kertas yang berisi 26 huruf besar, kelompok ketiga diberikan kertas yang berisi 26 huruf kecil. Semua huruf tersebut ditampilkan dengan menggunakan tipe huruf Zaner-Bloser. Prosedur pelaksanaan penelitiannya adalah Assesor menunjuk karakter huruf yang ada di kertas dan meminta subyek untuk menyebutkan huruf tersebut.
V. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar dari huruf besar yang diketahui oleh anak adalah huruf A, O, X, S, dan B. Sedangkan, persentase terkecil dari huruf besar yang diketahui anak adalah huruf U, V, Q. Untuk hasil huruf kecil, persentase terbesarnya adalah huruf o, s, dan x. Sedangkan, persentase terkecilnya adalah huruf q, b, dan g. Rata-rata, anak mampu mengidentifikasi 25 dari 26 huruf besar pada proporsi yang lebih besar daripada huruf kecil.
Data diolah dengan menggunakan regresi multilevel logistik. Persentase anak-anak dalam mengetahui masing-masing 26 huruf besar dan huruf kecil alfabet disajikan dalam Tabel 1.

Pembuktian hipotesis:
1. Keakraban huruf besar, hipotesis didukung
Pengetahuan tentang huruf besar yang sesuai adalah prediktor yang kuat dan signifikan tentang pengetahuan huruf kecil. Hasil dari regresi logistik menunjukkan bahwa anak-anak 16,09 kali lebih mungkin untuk mengetahui huruf kecil ketika mereka juga tahu huruf besar yang sama atau sesuai.
2. Kesamaan huruf besar-huruf kecil, hipotesis didukung
Fitur huruf yang mirip untuk membentuk sebuah objek, memainkan peran kunci dalam pengetahuan nama huruf kecil. Artinya, pengetahuan tentang suatu huruf kecil didasarkan tidak hanya pada fonetik huruf, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman anak-anak dengan huruf besar dari bentuk serupa.
3. Kesamaan dengan nama anak, hipotesis tidak didukung.
Tidak ada bukti bahwa anak-anak lebih mungkin mengetahui huruf kecil jika itu adalah huruf pertama nama pertama mereka. Jadi, ketika anak-anak tidak mengetahui huruf (huruf besar) pertama dari nama depan mereka, tampaknya tidak memberikan tambahan manfaat bagi pengetahuan mereka tentang huruf kecil.
4. Frekuensi kata dalam bahasa Inggris, hipotesis didukung
Seorang anak 0,95 kali lebih mungkin untuk mengetahui huruf jika frekuensi kata-kata tertentu itu sering diucapkan atau ditulis.
VI. Diskusi
Penelitian terhadap 4 hipotesis dan 3 interaksi telah dilakukan untuk menguji teori yang mungkin dapat membantu pengetahuan tentang pemahaman anak terhadap huruf kecil. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pengetahuan tentang huruf dipandu oleh beberapa prinsip yang dapat diasosiasikan dengan tipe belajar yang lain, misalnya belajar tentang kata (word learning). Hipotesis yang berhubungan dengan perbedaan individual dan frekuensi kemunculan pada kata tertentu berkaitan dengan pengetahuan terhadap huruf kecil.
Penelitian ini memiliki empat keterbatasan atau limitasi, yaitu:
1. Penelitian ini hampir sama dengan banyak penelitian lain yang juga membahas tentang perkembangan pengetahuan terhadap huruf kecil yang menggunakan desain penelitian cross-sectional. Oleh karena itu, sangat mungkin jika subyek yang digunakan pun sama.
2. Karakteristik sampel penelitian yang menggunakan anak yang berasal dari lingkungan menengah ke bawah di negara Amerika Serikat, maka hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk anak yang berasal dari latarbelakang ekonomi dan budaya yang berbeda.
3. Pendekatan prosedur penelitian yang digunakan adalah metode naming-task , oleh karena itu apabila metodenya diubah bisa saja hasil penelitiannya juga turut berubah.
4. Tidak bisa melakukan penelitian dengan metode penelitian observasi kelas.
VII. Kesimpulan
Pengetahuan tentang abjad atau alfabet sangat mempengaruhi prestasi membaca, dan sangat berkaitan dengan perkembangan pendidikan anak selanjutnya. Hasil penelitian yang didapatkan adalah anak-anak lebih dari 16 kali lebih mengetahui huruf kecil jika mereka mengetahui huruf besar yang sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa penting untuk mengajarkan huruf besar kemudian mengaitkannya dengan huruf kecil pasangannya. Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi kepada literatur yang lebih umum tentang pengetahuan anak dalam mengembangkan representasi simbolik, yang merupakan titik fundamental di mana anak dapat mendapatkan informasi tentang dunia (DeLoache, 2004 dalam Turnbull et al, 2010).
Dalam hal pemahaman huruf kecil, anak harus memiliki pengetahuan tentang simbol, termasuk pemahaman tentang hubungan antara simbol yang tertulis dan makna yang mewakilinya sebagai prasyarat untuk menjadi pembaca yang mahir. Studi ini menekankan kepada sifat beragam tentang pengetahuan huruf kecil dan keunikan mekanisme yang mendasari pengetahuan terhadap huruf besar, selain itu penelitian ini juga menyarankan bahwa transfer pengetahuan tentang huruf besar bisa menjadi salah satu dasar utama atas pengetahuan terhadap huruf kecil.

Sumber
Turnbull, K. L., Bowles, R. P., Skibbe, L. E., Justice, L. M., & Wiggins, A. K. (2010). Theoretical Explanations for Preschoolers' Lowercase Alphabet Knowledge. Journal of Speech, Language, and Hearing Research , 53, 1757-1768.

Relativitas Bahasa : Apakah Bahasa membentuk Pikiran?

Bahasa di seluruh dunia memiliki cara yang berbeda dalam menjelaskan dunia.Ketika berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa yang cenderung berbeda baik dalam pengucapan maupun strukturnya. Sebagai contoh: dalam Bahasa Inggris untuk mengucapkan ‘gajah memakan kacang’ dibutuhkan informasi mengenai waktu terjadinya kejadian tersebut. Sedangkan dalam Bahasa Rusia dibutuhkan informasi mengenai jenis kelamin dari subjek kalimat tersebut. Di sisi lain, dalam Bahasa Indonesia dan Mandarin, kedua informasi tersebut tidaklah dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa penutur bahasa yang berbeda harus menghadirkan aspek yang sangat berbeda di dunia untuk menggunakan bahasa mereka dengan benar.
Benjamin Lee Whorf (1956) menyatakan bahwa pikiran dibentuk oleh bahasa. Kategori dan perbedaan dari setiap bahasa menghadirkan cara untuk melihat, menganalisis dan bertindak dalam dunia. Beberapa penelitian (Borodotsky,2001;Bowerman,1996) menyatakan bahwa bahasa membentuk pikiran. Sedangkan beberapa penelitian lain(Heider,1972;Malt et al,1999) menyatakan hal yang berlawanan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, dilakukan sejumlah penelitian mengenai efek bahasa pada manusia dalam merepresentasikan ruang, waktu, objek, bentuk dan substansi.
Ruang
Bahasa-bahasa di dunia memiliki cara yang berbeda dalam menggambarkan hubungan spasial. Sebagai contoh, Bahasa Inggris membedakan arti dari kata in (meletakkan sesuatu ke dalam) dan on (meletakkan di atas permukaan). Sedangkan dalam Bahasa Korea, terdapat perbedaan antara ketat dan longgar. McDonough et al (2000) melakukan penelitian untuk melihat apakah perbedaan bahasa tersebut tercermin dalam cara masyarakat Korea dan Inggris dalam menggambarkan hubungan spasial. Baik orang dewasa Korea maupun Inggris ditunjukkan layar yang menampilkan tampilan ketat dan longgar. Setelah itu, subjek ditunjukkan contoh dari tampilan ketat dalam sebuah layar dan tampilan longgar dalam layar yang lain. Subjek Korea lebih familiar dengan tampilan tersebut dibandingkan subjek Inggris. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak dapat lebih siap untuk melihat perbedaan spasial. Bagaimanapun juga, ketika manusia belajar dan menggunakan bahasa, perbedaan spasial diperkuat oleh bahasa tertentu yang dipelajari.
Levinson (1996) melaksanakan penelitian mengenai perbedaan bahasa pada warga Inggris dan Belanda. Bahasa di kedua negara tersebut dan kebanyakan bahasa di negara lain , umumnya sangat bergantung pada persyaratan ruang relatif untuk menggambarkan lokasi relatif dari objek. Sedangkan Tzeltal(bahasa Mayan) bergantung pada referensi absolute. Lokasi spasial utara disebut ‘downhill’. Sedangkan selatan disebut ‘uphill’. Sistem referensi absolut ini merupakan cara dominan untuk mendeskripsikan hubungan spasial diantara objek di Tzeltal. Hal tersebut tidak setara dengan term yang biasa digunakan dalam Bahasa Inggris yaitu depan-belakang atau kiri-kanan.
Untuk melihat apakah perbedaan bahasa tersebut memiliki konsekuensi kognitif, Levinson menguji warga Belanda dan Tzeltal dengan sejumlah tugas spasial. Partisipan diminta untuk duduk di meja dan dihadapkan dengan sebuah panah didepannya yang menuju ke suatu arah, yakni kanan (selatan) atau kiri (utara). Kemudian posisi mereka diputar 180 derajat pada meja kedua dimana terdapat dua panah yang mengarah ke dua arah (kiri dan kanan/utara dan selatan). Subjek diminta untuk mengidentifikasi panah yang sesuai dengan arah yang mereka lihat sebelumnya di meja pertama. Subjek Belanda memilih panah yang tetap mengarah ke kanan (‘relative’ solution) walau sekarang panah berada di arah sebaliknya. Sedangkan Tzeltal memilih arah sebaliknya(‘absolute’ solution). Dalam studi selanjutnya, diikutsertakan subjek dari Inggris yang memiliki hukum arah yang sama dengan Belanda. Hasilnya membuktikan bahwa perbedaan yang disediakan oleh bahasa memang dapat menjadi hambatan penting dalam pemikiran spasial.
Waktu
Bahasa di setiap penjuru dunia juga berbeda dalam mendeskripsikan waktu. Sebagai contoh : di Inggris, kata depan (front) dan belakang (back) dapat digunakan untuk menjelaskan waktu. Sedangkan, dalam Bahasa Mandarin, selain menggunakan kedua term yang memiliki arah horizontal tersebut, digunakan pula metaphor dengan arah vertikal untuk menggambarkan waktu yakni kata up dan down.
Dalam studi yang dilakukan Boroditsky (2001),ditunjukkan bahwa orang Mandarin cenderung berpikir tentang waktu secara vertikal. Sebagai contoh lebih cepat dalam untuk menyatakan bahwa bulan Mei lebih dahulu dari bulan April jika dikatakan dalam arah vertikal dibandingkan horizontal. Hasil tersebut menyajikan dua hal penting yaitu : bahasa adalah alat yang kuat dalam membentuk pikiran dan bahasa yang dikuasai seseorang memainkan peran dalam pembentukan pemikiran sehari-hari.
Bentuk dan Substansi
Bahasa juga menimbulkan perbedaan dalam tata bahasa antara objek dan substansi. Sebagai contoh, di Inggris, objek seperti lilin dan kursi memiliki bentuk tunggal dan jamak yang berbeda tapi substansi seperti lumpur dan air tidak mempunyai bentuk tersebut. Bahasa Inggris membedakan cara perhitungan objek dan substansi. Perhitungan subtsansi lebih membingungkan karena harus memperhatikan unit pengukurannya.
Beberapa bahasa lainnya tidak memiliki batasan tata bahasa antara objek dan substansi. Sebagai contoh, di Mayan, semua kata benda dapat digunakan untuk menunjukkan substansi dan tidak memerlukan pembedaan antara tunggal dan jamak. Lucy dan Gaskins (2001) melaksanakan penelitian yang melibatkan orang Inggris dan Mayan. Mereka diberikan sebuah contoh barang ( sisir plastik dengan gagang) dan diminta untuk memilih satu dari dua barang yang paling mirip dengan contoh barang tersebut. Barang pertama adalah sisir plastik tanpa gagang dan barang kedua adalah sisir kayu dengan gagang. Orang Inggris cenderung memilih barang kedua. Sedangkan orang Mayan memilih barang pertama. Hal ini membuktikan bahwa orang Inggris cenderung melakukan pencocokan bentuk. Di sisi lain, cenderung melakukan pencocokan material. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aspek tata bahasa mempengaruhi cara penutur kata untuk mengkonseptualisasikan bentuk dan objek.
Objek
Bahasa juga berbeda dalam bagaimana nama benda dikelompokkan ke dalam kategori gramatikal. Salah satu fitur bahasa yang berpengaruh adalah gender dalam tata bahasa. Beberapa bahasa hanya memiliki gender maskulin dan feminim tapi pada bahasa yang lain juga mengikutsertakan gender netral. Ketika berbicara dengan bahsa yang memiliki tata bahasa gender, penutur dituntut untuk menentukan gender dari objek serta artikel dan terkadang harus memodifikasi kata keterangan dan kerja sesuai dengan gender kata benda.
Beberapa studi terbaru menyatakan bahwa tata bahasa gender yang diberikan pada benda dapat mempengaruhi reprentasi mental manusia terhadap objek tersebut. Sebagai contoh, ketika orang Spanyol dan Jerman diminta untuk mengurutkan kemiripan antara gambar manusia dengan gambar benda. Kedua kelompok subjek tersebut cenderung mengurutkan gambar benda dengan gambar manusia yang sesuai dengan gender benda tersebut. Dalam studi selanjutnya, ditemukan bahwa kedua kelompok subjek tersebut mendeskripsikan sebuah benda sesuai dengan gender yang dimilikinya. Sebagai contoh : kata jembatan yang memiliki gender feminim dalam Bahasa German didefinisikan oleh kelompok subjek German dengan kata cantik, anggun, rapuh dan ramping. Sedangkan kelompok subjek Spanyol mendeskripsikan kata jembatan dengan kata besar, berbahaya, panjang dan kuat karena kata jembatan memiliki tata bahasa gender maskulin dalam bahasa tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan bukti dari pengaruh bahasa dalam hal ruang, waktu, onjek dan substansi, dapat disimpulkan bahwa bahasa mempengaruhi aspek kognisi manusia. Dalam penelitian selanjutnya, ditemukan bukti bahwa bahasa juga mempengaruhi pengertian manusia terhadap angka, warna, bentuk, kejadian dan pemikiran lainnya. Selain itu kehidupan mental pribadi orang yang berbicara bahasa yang berbeda mungkin berbeda jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Proses linguistik meresap dalam domain yang paling mendasar pada pikiran. Penelitian mengenai bahasa membantu kita untuk menetapkan apa yang mungkin ada atau apa yang secara umum ada dalam kognisi manusia.
Referensi :
Boroditsky, L. (2002). Linguistic Relativity. Linguistic Relativity , 917-921.

Monolingual, bilingual, trilingual : Pengaruh pengalaman bahasa bayi terhadap perkembangan pembelajaran heuristik kata

Abstrak
Bayi dengan rentang usia antara 17-18 bulan, mulai berlajar mengasosiasikan kata dengan ide baru yang berbagai ide baru yang dekat dengan mereka. Sehingga satu kata bisa memiliki beberapa makna, ituah yang dinamakan disambiguasi bahasa. Hal ini merupakan sebuah perkembangan dalam mempelajari bahasa. Hal yang akan diteli adalah, apakah disambiguasi ini merupakan pengaruh kematangan atau pengaruh pengalaman sosial? Hal ini dicari jawabannya dengan cara meneliti bayi yang mempunyai latar belakang bahasa yang berbeda.
Pengantar
Salah satu tanda perkembangan bahasa anak-anak pada tahun kedua dari adalah kemampuan mereka berkembang dengan cepat mempelajari kata-kata baru, anak-anak mampu belajar dengan konteks yang tidak spesifik. Bayi masih berpikir secara heuristik, yaitu berpikir secara singkat untuk mengasosiasikan suatu kata( ide) baru dengan objek. Beberapa pendapat ahli tentang hal ini, antara lain, Clark berpendapat bahwa
anak-anak memahami bahwa kata-kata yang berbeda berasal dari
perbedaan niat yang mendasarinya. (1987, 1990).Sementara Diesendruck berpendapat bahwa
disambiguasi berasal dari pemahaman pragmatis. maksudnya anak-anak menyimpulkan bahwa sebuah kata baru berlaku untuk objek (atau sesuatu dengan nama yang belum diketahui) karena melihat objek akrab yang dinamai oleh anak, maka anak akan menggunakan objek konvensional. Kemungkinan pengalaman berperan penting terhadap disambiguasi. Sementara Markman berpendapat bahwa asumsi berasal dari label. Anak-anak melakukan disambiguasi karena mereka tidak menerima penamaan suatu objek dengan label tertentu., dan kemudian mencari ide baru, mereka termotivasi untuk melakukan itu. Investigasi motivasi menjadi dasar untuk disambiguasi. Pemahaman kata dan disambiguasi tidak berkembang secara bersamaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menguji kemungkinan bahwa diambiguasi merupakan hasil dari perkembangan atau mungkin juga muncul sebagai peningkatan kemampuan sosial dan linguistik selama tahun-tahun pra sekolah mereka. Jika penggunaan disambiguasi berpengaruh terhadap pengenalan satu bahasa atau beberapa bahasa di awal kehidupan, maka disambiguasi dipengaruhi oleh pengalaman dengan lingkungan sosial. Peneliti melakukan penelitian dengan meneliti bayi dengan rentang usia 17-18 bulan, dimana disambiguasi merupakan hal yang ditampilkan dalam satu bahasa bayi. Bayi yang diteliti memiliki usia kronologis yang sama namun memiliki pengalaman yang berbeda terkait dengan bahasa awalnya. Ada bayi yang tunbuh dengan satu bahasa, dua, atau tiga bahasa di rumah. Jika dismbiguasi dipengaruhi hal tersebut, maka jenis awal pengenalan bahasa akan mengubah jadwal disambiguasi. Namun, jika disambiguasi memang berkembang karena proses kematangan, maka bayi akan menunjukkan performa yang rata-rata sama.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap 48 bayi, yang terdiri dari tiga kelompok, masing-masing 16, dengan jumlah yang sama antara bayi laki-laki dan bayi perempuan.Setiap kelompok memiliki pengalaman dengan bahasa Inggris, namun dua kelompok lain juga berpengalaman dengan bahasa lain, selain bahasa Inggris. Kelompok pertama, merupakan kelompok bayi yang berkembang dengan satu bahasa awal yaitu bahasa Inggris ( bayi monolingual ), kelompok kedua merupakan kelompok bayi yang berkembang dengan dua bahasa awal ( bayi bilingual), sementara kelompok ketiga( bayi multilingual), merupakan kelompok bayi yang berkembang dengan tiga bahasa awal. Bayi Monolingual hanya berpengalaman dengan bahasa Inggris dan orang tua mereka melaporkan bahwa mereka tidak
menerima paparan sistematis untuk bahasa lain selain bahasa Inggris. Multilingual bayi telah terkena bahasa Inggris serta salah satu lainnya (bilinguals) atau dua lainnya (trilinguals) bahasa di rumah sejak lahir. Bahasa non-Inggris yang dilaporkan dalam cuplikan adalah
beragam, termasuk 22 bahasa yang berbeda.
Pemaparan bahasa diukur dengan menggunakan kuesioner pemaparan bahasa . (Bosch & Sebasti n-Gall?? S, 1997). Untuk bilingual bayi, minimal 25% untuk setiap paparanbahasa ditetapkan sebagai kriteria inklusi. dan bilinguals mendengar rata-rata 48% Bahasa Inggris (kisaran: 27 sampai 70%), dan 52% dari bahasa lain mereka, Untuk bayi tiga bahasa, paparan seimbang sempurna akan mengakibatkan setiap mendengar 33 % bahasa.

Pengukuran kosa kata
Perkiraan ukuran kosa kata bahasa Inggris bayi yang diperoleh dengan meminta orang tua untuk melengkapi Kata-kata dan Gestures bentuk Komunikatif MacArthur-Bates
Pengembangan Inventory (MCDI. Untuk bayi multibahasa, orang tua diminta untuk menyelesaikan formulir dengan hormat untuk hanya anak-anak mereka bahasa Inggris
kosa kata, dan bila mungkin, pengasuh yang berbicara bahasa Inggris paling sering.
Peneliti memberikan rangsangan visual berupa empat berwarna cerah benda, tiga akrab (bola, mobil, dan sepatu). Objek muncul di berbagai warna pada percobaan yang berbeda untuk mempertahankan minat bayi, dan untuk menjamin pemerataan di berbagai warna
eksemplar dari kategori objek yang sama. Untuk memastikan bahwa bayi kemungkinan besarakan mengetahui akrab kata yang digunakan dalam penelitian ini, kami menguji bayi dilaporkan pemahaman pada item MCDI yang sesuai. Lalu diberikan suara asli berbahasa inggris yang menunjuk pada kedua benda tersebut. Monitor yang baik mempresentasikan rangsangan dan dicatat mata bayi dengan pandangan dan komputer PC yang menjalankan perangkat lunak Tobii Clearview program yang mengendalikan presentasi stimulus dan mengumpulkn data pelacakan terhadap arah mata bayi. Penelitian dilakukan dalam remang remang. Suara dilemahkan di kamar, sementara bayi duduk dalam pangkuan ibu mereka.
Setiap sesi dimulai dengan percobaan pemanasan, selama mana suatu kincir air berputar muncul secara berurutan pada setiap sisi monitor.Total durasi dari penelitian ini adalah sekitar 7 menit. Bayi tatapan mata-data dikumpulkan pada interval 20 ms oleh pelacak mata, dan setiap interval waktu diklasifikasikan sebagai melihat ke objek sisi kiri, melihat ke arah objek sisi kanan, atau tidak melihat ke arah salah satu objek. Data yangdisamakandengan awal label masing-masing untuk setiap percobaan, jadi bahwa mereka bisa runtuh di seluruh tipe pengadilan dalam rangka mengukur keberhasilan bayi di berorientasi pada berlabel
objek.

Analisis
Penelitian ini dilakukan dengan desain statistic Anova, karena melibatkan tiga variasi variasi variabel terikat., yaitu variasi latar belakang bahasa. Hasil analisisnya pada kelompok monolinguals,,M = 0,12, SD = 0,079, t (15) = 5,97, p <0,005, d = 1,49, bilinguals, M = 0,066, SD = .13, t (15) = 1,96, p = 0,035, d = 0,49, dan trilinguals, M = .14, SD = 0,243, t (15) p = 2,46, = 0,014, d = 0,61, semua meningkat mencari objek target setelah mendengar nya label.Monolinguals menunjukkan disambiguasi efek yang kuat, secara signifikanmeningkatkan perhatian pada objek novel setelah mendengar novel label, M = 0,12, SD = 18, t p (15) = 2,63, = 0,0095, d = 0,66.Bilinguals
menunjukkan pola yang sama tapi marjinal, M = 08, SD = .19, T (15) p = 1,69, = 0,057, d = .42. Bilinguals 'rata-rata perbedaan nilai positif pada semua enam eksperimental percobaan. Trilinguals menunjukkan tidak ada peningkatan dalam mencari arah objek novel setelah mendengar label novel, M = ) 0,033, SD = 0,24, t (15) =) 0,563, ns.3 rata-rata merekaperbedaan nilai positif pada tiga dan negatif pada tiga percobaan.
Ada beberapa kendala yang terjadi dalam penelitian, antara lain Enam belas bayi (perempuan setengah) berpartisipasi. Sembilan dari peserta dari satu bahasa berbahasa Inggris keluarga, dan tujuh orang dari keluarga bilingual. Data dari sembilan bayi tambahan dikeluarkan karena tertarik pada prosedur (4), menangis (2), kegelisahan (2), dan kegagalan peralatan (1). Bilinguals 'paparan bahasa mereka dinilai seperti pada studi 1, dan bilingual bayi dilaporkan untuk mendengar bahasa Inggris rata-rata 49% dari waktu (kisaran: 28 menjadi 68%) dan bahasa mereka yang lain rata-rata 50% (kisaran: 28 sampai 72%) dari waktu. Salah satu bayi bilingual dengar sejumlah kecil (8%) dari ketiga bahasa. Karena kesalahan eksperimen, MCDIs dikumpulkan untuk hanya separuh dari bayi: lima monolinguals dan tiga bilinguals. Bayi tersebut telah kosa kata yang menerima rata-rata 261 (SD = 98; kisaran: 53-452) dan kosa kata produktif 77 (SD = 77; kisaran: 19-190), membuat ukuran kosakata mereka sebanding dengan monolingualsMonolinguals menunjukkan disambiguasi kuat (replikasi Halberda, 2003, yang diuji-pelajar bahasa Inggris pada usia yang sama), bilinguals menunjukkan penggunaan marjinal disambiguasi,dan trilinguals menunjukkan tidak ada disambiguasi. Insidental aspek dari prosedur eksperimental tidak drive hasilnya, sebagai orang bayi yang menunjukkan disambiguasi melakukannya dari percobaan pertama, dan bayi menanggapi secara acak dalam kontrol studi di mana ungkapan perhatian ada label-adalah digunakan daripada label novel. Selanjutnya, hasil tidak dapat
dijelaskan oleh perbedaan umum kinerja di tugas tampak istimewa, karena semua tiga kelompok berhasil pada percobaan label akrab, sedangkan yang berbeda hanya pada ide
label percobaan.

Kesimpulan
Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa awal pengalaman bahasa mempengaruhi perkembangan disambiguasi disambiguasi berasal dari pengetahuan dari
sesuai kata benda untuk objek akrab daripada kebaruan dari objek novel. perkembangan asal-usul dari kata-belajar bias tetap sebagian besar belum diselidiki. Pekerjaan saat ini kemajuan signifikan pemahaman kita ini bias dengan menunjukkan bahwa berbagai jenis bahasa awal pengalaman mempengaruhi munculnya satu unsur kata-belajar heuristik. Secara lebih luas, hasil ini menunjuk ke utilitas penyelidikan sistematis berbagai bentuk pengalaman bahasa awal sebagai alat. Jadi disambiguasi pada bayi dengan rentang usia antar 17-18 bulan memang dipengaruhi dengan pengalaman bahasa yang mereka peroleh dari lingkungannya.

Sumber :
Krista Byers-Heinlein and Janet F. Werker, Developmental Science 12:5 (2009), pp 815–823

Senin, 18 April 2011

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan serta oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Warga negara merupakan terjemahan kata citizens (bhs Inggris) yang mempunyai arti ; warganegara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga negara , sesama penduduk, orang setanah air; bawahan atau kaula
Cara Memperoleh Kewargaan Indonesia
Karena kelahiran
Karena pengangkatan
Karena dikabulkannya permohonan
Karena pewarganegaraan
Karena perkawinan
Karena turut ayah dan atau ibu
Karena pernyataan
Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Di Indonesia , hubungan antara warga negara dengan negara (hak dan kewajiban) digambarkan dalam UUD 1945
Hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia tersebut digambarkan dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban yang mencakup berbagai bidang
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945
Penjabaran lanjut mengenai hak dan kewajiban warga negara dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Contoh hal dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan pada pasal 31 dijabarkan kedalam UU No 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas
Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara , dalam UUD 1945 hasil amandemen I telah dicantumkan adanya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia yaitu pada pasal 28 I – J UUD 1945
Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia dapat dicantumkan didalam undang-undang dasar negara republik Indonesia.
Hak Warga Negara
Warga negara berhak mendapatkan kebahagian dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulatan, adil, dan makmur. Warga negara berhak berkehidupan kebangsaan yang bebas, serta rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan Indonesia.
Kewajiban Warga Negara
Memperjuangkan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Harus mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kewajiban warga negara dalam kehidupan sehari-hari membayar pajak, membayar PLN, dan bekerja untuk menghidupkan diri sendiri serta orang lain yang berada dilingkungan orang tersebut.
Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian hari.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki tambahan hak dan pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.
A. Contoh Hak Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku

PENGERTIAN WARGA NEGARA (WNI)

Dalam UU 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI, dijelaskan bahwa yang dimaksud WNI adalah seperti diatur dalam pasal 4.

Bunyi Pasal 4 UU No 12 Th 2006 sbb.:

Warga Negara Indonesia adalah:

a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;

b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia;

c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;

d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;

e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;

f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;

g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;

h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;

i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;

k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;

m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

SYARAT WARGA NEGARA INDONESIA (WNI)

Berdasar UU Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dijelaskan bahwa orang asing dapat menjadi warga negara Indonesia (WNI) setelah memenuhi syarat dan tatacara yang diatur dalam peraturan dan undang-undang. Pada pasal 8, disebutkan “Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.” Sedangkan pengertian pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
Syarat
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan seperti disebut dalam pasal 9, yakni:
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Prosedur berikutnya antara lain permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai. Keputusan akhir atas permohonan adalah pada Presiden. Bila dikabulkan oleh Presiden maka status WNI dinyatakan berlaku efektif sejak pemohon mengucapkan sumpah atau janji setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam penjelasan umum UU No.62/1958 bahwa ada 7 cara memperoleh kewarga negaraan Indonesia yaitu;
1. Kelahiran, disini garis kewarganegaraan orang tua sangat menentukan bagi kewarganegaraan anak dan keturunannya.
2. Pengangkatan, merupakan hal yang sudah biasa di Indonesia. Sah atau tidaknya pengangkatan anak itu di tentukan menurut hukum yang mengangkat anak. Pengangkatan anak yang dimaksud disini adalah pengangkatan anak (orang) asing yang diangkat untuk memperoleh kewarganegaraan orang tua angkatnya (WNI) maka anak asing yang diangkat itu harus dibawah umur 5 tahun dan disahkan oleh pengadilan negeri di tempat tinggal pemohon bagi pemohon yang bertempat tinggal diwilayah negara RI.
3. Dikabulkan permohonan, dalam hal ini misalnya, seorang anak yang lahir diluar perkawinan dari seorang ibu berkewarganegaraan RI atau anak yang lahir dari perkawinan sah tetapi orang tuanya telah bercerai dan anak tersebut tinggal bersama ibunya yang berkewarganegaraan RI. maka anak tsb setelah berumur 18 tahun dapat mengajukan permohonan kepada menteri melalui pengadilan negari di tempat dimana ia bertempat tinggal untuk memperoleh kewarganegaraan RI
4. Pewarganegaraan ( naturalisasi ), yaitu suatu cara orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan suatu negara.
5. Akibat perkawinan, Warga negara asing yang kawin secara sah dengan WNI dapat memperoleh kewarganegaraan RI dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara dihadapan pejabat. Pernyataan tersebut dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal diwilayah negara RI paling singkat 5 tahun berturut-turut
6. Turut ayah/ibu, pada umumnya setiap anak (belum berumur 18 tahun atau belum kawin) yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya (sebelum memperoleh kewarganegaraan RI) turut memperoleh kewarganegaraan RI setelah ia bertempat tinggal dan berada di Indonesia. Kewarganegaraan yang diperoleh seorang ibu berlaku juga terhadap anak-anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum kawin.

Sabtu, 09 April 2011

STATISTIKA

Dalam statistika kita mengenal metode-metode statistik, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensia. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian segugus data, sedangkan statistika inferensia berhubungan dengan analisis sampai penarikan kesimpulan. Materi yang kita pelajari pada statistika 1 ini yaitu statistika deskriptif, pada (laporan-laporan sebelumnya telah dipaparkan mengenai pembuatan distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan. Sekarang yang akan kita bahas adalah ukuran penyebaran atau dispersi. Ukuran penyebaran atau dispersi atau ukuran simpangan adalah ukuran yang menggambarkan bagaimana berpencarnya suatu data kuantitatif. Ukuran ini sering disebut dengan ukuran variasi. (sumber : Husni Muttaqin dan Suryadi, 1997, “ Statistika Industri 1”.).
Pentinggnya kita mempelajari dispersi data didasarkan pada dua pertimbangan. Pertama, pusat data, seperti rata-rata hitung, median, dan modus hanya memberi informasi yang sangat terbatas, sehingga tanpa disandingkan dengan dispersi data kurang bermanfaat dalam analisis data. Kedua, dispersi data sangat penting untuk membandingkan penyebaran dua distribusi data atau lebih. Ada beberapa jenis ukuran dispersi data, antara lain; jangkauan (range), simpangan rata-rata (mean deviation), variansi (variance), standar deviasi (standard deviation), simpangan kuartil (quartile deviation), dan koefisien variasi (coeficient of variation). ( sumber : Boediono,Dr & Wayan, Dr. 2001. “Statistika dan Probabilitas ).
2.1 Rentang (Range)
Rentang adalah bentuk paling sederhana dari ukuran variasi. Range atau rentang (r) suatu kelompok data adalah selisih antara nilai maksimum dengan nilai minimum.
Rentang suatu kelompok data dapat menunjukkan kualitas data, makin kecil rentang suatu data, maka kualitas data itu semakin baik sebaliknya semakin besar rentang suatu data, maka kualitas data tersebut semakin tidak baik. ( sumber : M. Iqbal Hasan, “Pokok-pokok materi statistik 1, 2001)
Jangkauan data tunggal
Bila ada sekumpulan data tunggal X1,X2,...............Xn maka jangkauannya.
Jangkauan = Xn – X1
Jangkauan data berkelompok
Untuk data berkelompok, jangkauan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu menggunakan titik atau nilai tengah dan menggunakan tepi kelas.
Jangkauan adalah selisih titik tengah kelas tertinggi dengan titik tengah kelas terendah.
Jangkauan adalah selisih tepi atas kelas tertinggi dengan tepi bawah kelas terendah.
Jangkauan Antarkuartil dan Jangkauan Semi Interkuartil
Rentang antarkuartil disebut juga simpangan kuartil merupakan modifikasi dari range yang sederhana, yakni mencoba ‘mempersempit’ jarak yang diukur. Jika pada range sederhana, jarak kedua titik adalah data terbesar dan terkecil, atau antar dua ujung nilai data, maka pada interkuartil range, data yang digunakan adalah data yang lebih dekat ke titik pusat. ( sumber : M. Iqbal Hasan, “Pokok-pokok materi statistik 1, 2001)
Rumus :




Rentang semi antar kuartil atau deviasi kuartil adalah setengah dari rentang interkuartil.
Rumus :

Simpangan rata-rata (deviasi rata-rata)
Simpangan rata-rata disingkat SR adalah jumlah nilai mutlak dari selisih semua nilai dengan nilai rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Cara mencari deviasi rata-rata, dibedakan antara data tunggal dan data kelompok.
Deviasi rata-rata data tunggal
Untuk data tunggal, deviasi rata-ratanya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
SR = (∑|x_i-x ̅ |)/n
Deviasi rata-rata untuk data kelompok
Untuk data berkelompok (distribusi frekuensi), deviasi rata-ratanya dapat dihitung dengan rumus :
SR = (∑f_i |x_i-x ̅ |)/n
Simpangan Baku (Deviasi Standard)
Simpangan baku adalah akar dari tengah kuadrat simpangan dari nilai tengah atau akar simpangan rata-rata kuadrat. Simpangan baku adalah ukuran simpangan yang paling banyak digunakan dalam statistika karena standar deviasi melibatkan semua nilai data serta merupakan bentuk linear dan selalu positif, sementara ukuran ukuran dispersi data merupakan jarak yang bentukknya linear dan positif. Untuk sampel, simpangan baku diberi simbol s, sedangkan untuk populasi diberi simbol σ (sigma).
Simpangan baku data tunggal
S = √((∑▒|x_i-x ̅ |^2 )/(n-1))
Simpangan baku data berkelompok
S = √((∑▒〖f_i |x_i-x ̅ |^2 〗)/(n-1))
Varians
Varians adalah rata-rata kuadrat selisih atau kuadrat simpangan dari semua nilai data terhadap rata-rata hitung. Variansi untuk sampel dilambangkan dengan S2. Sedangkan untuk populasi dilambangkan dengan σ2. Jadi S dan S2 adalah Statistika sedang σ dan σ2 adalah parameter.
Varians data tunggal
( s2 ) = Kuadrat dari Simpangan Baku (SB2) : SB2 = (∑▒|x_i-x ̅ |^2 )/(n-1)
Varians data berkelompok
( s2 ) = Kuadrat dari Simpangan Baku (SB2) : SB2 = (∑▒〖f_i |x_i-x ̅ |^2 〗)/(n-1)
Koefisien Variasi
Ukuran-ukuran dispersi yang telah dibahas sebelumnya merupakan dispersi absolut, seperti jangkauan, simpangan rata-rata, simpangan kuartil, dan simpangan baku. Ukuran dispersi absolut hanya dapat digunakan untuk melihat penyimpangan-penyimpangan nilai yang terdapat pada suatu kumpulan data, bukan untuk beberapa kumpulan data. Ukuran dispersi ini tidak dapat dipakai untuk membandingkan penyebaran dua kelompok data atau lebih. Variasi 1 meter dalam pengukuran jarak 1.000 meter berbeda pengaruhnya dengan variasi 1 meter dalam jarak 2.000 meter. Untuk mengukur pengaruhnya demikian dan untuk membandingkan variasi antara nilai-nilai besar dengan nilai-nilai kecil digunakan dispersi relatif, yaitu perbandingan antara dispersi absolut dan rata-ratanya. Dispersi relatif dirumuskan:

Dispersi relatif = dispersi absolut
Rata-rata
Koefisien Variasi (KV)
Jika dispersi absolut diganti dengan simpangan bakunya, maka dispersi relatifnya disebut koefisien variasi (KV). (sumber : M.Iqbal Hasan, Pokok-pokok materi statistik 1, 2001).
Koefisien variasi dirumuskan :
KV = s/v¬ x 100%
Variasi jangkauan (VR)
Variasi jangkauan adalah dispersi relatif yang dispersi absolutnya digantikan dengan jangkauan. Variasi jangkauan dirumuskan :
VR = R/X x 100%
Variasi simpangan rata-rata (VSR)
Variasi simpangan rata-rata adalah dispersi relatif yang dispersi absolutnya digantikan dengan simpangan rata-rata. Variasi simpangan rata-rata dirumuskan :
VSR = SR/X x 100%
Variasi kuartil (VQ)
Variasi kuartil adalah dispersi relatif yang dispersi absolutnya digantikan dengan kuartil. Variasi kuartil dirumuskan :
VQ = Qd/Me x 100%
VQ = (Q3-Q1)/(Q3+Q1) x 100%


Nilai Baku (Z-score)
Salah satu manfaat penting dari rata-rata hitung dan standard deviasi (S) adalah nilai tersebut dapat dipakai untuk membuat transformasi data yang menghasilkan nilai baku atau disebut juga skor baku (nilai standard).
Kelompok data dengan nilai-nilai; X1, X2, X3,......,Xn mempunyai nilai rata-rata hitung X ̅ dan standard deviasi S. Kita dapat membuat nilai baku Z dengan memakai transformasi berikut.
Rumus
Zi = (Xi- X ̅)/S , dimana i = 1, 2, 3............., n
Karena nilai-nilai variabel Z diturunkan dari nilai-nilai variabel X, maka distribusi Z pada umumnya menyerupai (mirip) distribusi data X. Secara matematis dapat dibuktikan bahwa ternyata distribusi nilai Z1, Z2, Z3,......,Zn mempunyai rata-rata sama dengan 0, dan standar deviasinya sama dengan 1. Nilai-nilai Z1, Z2, Z3,......,Zn yang diperoleh dengan cara transformasi seperti itu disebut nilai baku. Skor baru dapat dipakai untuk membuat skala yang sama dari dua atau lebih kelompok data yang semua skalanya berbeda, sehingga dapat dibandingkan. ( sumber : Boediono,Dr & Wayan, Dr. 2001. “Statistika dan Probabilitas ).