Kasus cinta kasih yang terjadi disekitar kita
Cinta kasih kepada sesama adalah sebuah anugrah yang Tuhan berikan kepada umat manusia. Rasa cinta kasih dapat kita berikan kepada orang tua, saudara kita, teman, kerabat, dan orang-orang yang berada disekitar kita. Rasa cinta kasih dapat terasa lebih indah bila kita memberikan rasa cinta kasih tersebut dalam kadar yang normal. Betapa damainya negeri kita ini apabila kita saling mengasihi dengan sesama kita, tidak akan ada lagi permuuhan, pertengkaran, bahkan kasus-kasus kriminal seperti pembunuhan apabila kita saling mengaihi atu dengan yang lainnya. Tidak ada larangan untuk kita menyukai siapapun, kita bebas untuk memberikan cinta kasih kita kepada siapapun. Tapi jika cinta kasih yang diberikan adalah cinta yang menyalahi norma-norma yang berlaku misalnya menyukai sesama jenis (gay ataupun lesbian) itulah cinta kasih yang dilarang.
Seperti cerita yang dikisahkan dibawah ini.
Ini adalah kisahnya nyata yang dialami oleh salah seorang mahasiswa disebuah universitas di Indonesia. Sebut saja namanya beny, orang tuanya selalu mendidiknya dengan keras dan apabila dia nakal orang tuanya tidak segan-segan untuk memukulnya, bahkan menendangnya ini ia alami sewaktu ia kecil dan terus berlanjut hingga ia dewasa. Untuk menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan sewaktu ia dipukul ataupun ditendang ayahny, sehingga tendangan tersebut ia imajinasikan sebagai sesuatu yang indah bukan menjadi sesuatu yang menyakitkan atau menakutkan, imajinasi ini berlanjut hingga saat ini. Jika ia melihat kaki seorang pria muncul keinginan untuk berhubungan seksual dengan sesama jenisnya. Hingga sekarang ia selalu memiliki perasaan suka kepada sesama jenisnya.
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri merek sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks.
Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal . Bagaimanapun, bukanlah sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu dilihat sebagai orientasi seksual yang bersifat relatif stabil. Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbeny,[1] dan kemudian dipopulerkan penggunaannya oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebing pada bukunya Psychopathia Sexualis. Di tahun-tahun sejak Krafft-Ebing, homoseksualitas telah menjadi suatu pokok kajian dan debat. Mula-mula dipandang sebagai penyakit untuk diobati, sekarang lebih sering diselidiki sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami Ilmu Hayat, Ilmu Jiwa, politik, genetika, sejarah dan variasi budaya dari identitas dan praktek seksual. status legal dan sosial dari orang yang melaksanakan tindakan homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau lesbian beragam di seluruh dunia.Demografi homoseksualitas dan prevalensi
Perkiraan dari jumlah atau prevalensi homoseksualitas di masa modern ini bervariasi secara signifikan. Data yang dikumpulkan diperumit oleh berbagai definisi yang digunakan dalam homoseksualitas serta adanya fluktuasi dalam jangka waktu dan tempat.
Secara umum, diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homoseksual di dalam masyarakat adalah 1% hingga 10% dari jumlah populasi. Tetapi menurut laporan kontroversi Kinsey Reports pada tahun 1984, menyebutkan bahwa setidaknya 37% pria dari total keseluruhan pria telah setidaknya mengalami pengalaman seks bersama pria lainnya, dan 4% di dalamnya adalah secara ekslusif homoseksual. Pada wanita, Kinsey menemukan dari 2% hingga 5% "kurang lebih secara eksklusif" homoseksual.
Walaupun pada nyatanya banyak kaum homoseksual yang menyembunyikan identitasnya - sehingga mempersulit akurasi laporan - banyak laporan yang beredar belakang ini menyatakan bahwa dari 2 hingga 3,3% dari populasi pria adalah homoseksual secara eksklusif.
Di Amerika Serikat sendiri, pada tahun pemilu 2004 survei menyatakan 4% dari seluruh pemilih pria menyatakan dirinya sebagai kaum homoseksual, yang karena tekanan sosial banyak yang tidak mau menyatakan identitas mereka.
Di Kanada, tahun 2003 Biro Statistik Kanada menyatakan bahwa di antara warga Kanada berumur 18 hingga 59, 1% melaporkan mereka sebagai homoseksual dan 0,7% melaporkan sebagai biseksual.
Homoseksual dimata para psikolog
Situs dari asosiasi psikologi Amerika (American Psychological Association) juga mengatakan dengan tegas bahwa homoseksualitas bukan sebuah gangguan. Kesimpulan yang mereka nyatakan ini berasal dari temuan bahwa, seperti yang di pakai oleh DSM untuk menyimpulkan bahwa homoseksualitas bukanlah sebuah gangguan, orang yang berorientasi seksual homoseksual (gay) dapat hidup dengan normal seperti orang lain.
Berikut adalah sejarah dari ditariknya homoseksual dari klasifikasi gangguankejiwaan (Mental Disorder) oleh dunia ilmu kejiwaan:
- Masa Psikologi Klasik – Jung, Adler dan Freud menyatakan bahwa homoseksualitas adalah sebuah gangguan kejiwaan. Saya belum menemukan penjelasan dari pandangan Jung dan Adler, tapi menurut Freud, homoseksualitas adalah sebuah bentuk fiksasi (berhentinya perkembangan mental) dari satu dimensi dari tahap perkembangan mental seseorang, sehingga orang normal adalah orang yang berhasil berkembang menjadi seorang heteroseksual.
- DSM-I (DSM versi pertama) yang diterbitkan pada tahun 1952– menyatakan bahwa homoseksualitas adalah gangguan kepribadian sosiopathik. Artinya, orang yang memiliki orientasi seksual homoseksual memiliki kepribadian yang menyimpang dari norma sosial, dan penyimpangan ini harus diperbaiki.
- DSM-II yang diterbitkan tahun 1968 – menghapus homoseksual dari daftar penyakit sosiopath dan memindahkannya ke daftar Sexual Deviation (penyimpangan seks).
- DSM-III yang diterbitkan pada tahun 1973 – menyatakan bahwa homoseksualitas dinyatakan sebagai sebuah gangguan hanya jika orientasi seksual homoseksual orang tersebut mengganggu dirinya (dia tak mau menjadi homoseksual). DSM-III kemudian mengalami revisi dan pada edisi revisi ini, homoseksualitas sudah tidak dianggap sebagai sebuah gangguan sama sekali. Alasannya adalah, karena para komite DSM menyatakan bahwa adalah normal bagi seorang homoseksual untuk merasa terganggu dengan orientasi seksualnya pada saat ia pertama kali menyadari bahwa ia seorang homoseksual. Oleh karena itu perasaan terganggu yang dirasakan seorang homoseksual bukanlah sebuah gangguan.
Sumber referensi :
wikipedia berbahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar