Sabtu, 03 Maret 2012

LEMAHNYA PERINDUSTRIAN DI INDONESIA


Perajin Gerabah Subang Terancam Gulung Tikar 
Legonkulon tidak saja dikenal sebagai daerah banjir rob, namun jauh sebelum itu, daerah ini dikenal sebagai sentra perajin tembikar atau gerabah. - inilah.com/Annas Nashrullah
Oleh: Annas Nashrullah
Jabar - Jumat, 2 Maret 2012 | 20:25 WIB
berita terkait
INILAH.COM, Subang - Legonkulon tidak saja dikenal sebagai daerah banjir rob, namun jauh sebelum itu, daerah ini dikenal sebagai sentra perajin tembikar atau gerabah.

Produksi gerabah di Desa Anjun Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang merupakan karya turun temurun dan tradisi nenek moyang daerah tersebut. Hingga saat ini keahlian mengolah barang-barang antik itu masih terpelihara dan dilestarikan.



Sebagian besar para perajin gerabah adalah kaum ibu dan anak-anak. Mereka dengan ulet dan telaten menyulap tanah menjadi bentuk yang bernilai seni dan mendatangkan rupiah.

Pembuatan gerabah bukan pekerjaan yang mudah dan sederhana. Butuh keahlian dan keterampilan tertentu. Untuk membuat gerabah para perajin itu harus melalui beberapa tahap, seperti mencari tanah liat terbaik yang sesuai dengan kualitas standar dan proses pengeringan hingga 3-4 hari.

Selanjutnya, dilakukan mempernis dengan minyak kelapa, proses pembakaran, dan terakhir proses pewarnaan. "Untuk satu jenis, dari nol sampai jadi bisa sampai seminggu, malah lebih," ujar salah satu pemilik galeri Gerabah, Komari (45) warga Desa Anjun RT 09/06 kepada INILAH.COM, Jumat (2/3/2012).

Namun dalam perkembangannya, pelaku industri gerabah ini mengalami penurunan. Salah satu faktornya adalah minimnya perhatian pemerintah menggenjot home industry turun temurun ini. Padahal, gerabah produk Legonkulon itu membanjiri pasar Karawang, Indramayu, dan daerah lainnya.

"Dulu kami pernah mendapat pembinaan dan bantuan dari pemda tapi sekarang sudah tidak lagi padahal sekarang kami kerepotan memenuhi permintaan pesanan," imbuhnya.

Dengan kondisi keterbasatan peralatan dan pembinaan dari masyarakat, tidak sedikit perajin gerabah harus gulung tikar. Sementara yang masih bertahan hidup, harus berjuang keras untuk memperpanjang nafas usahanya.

Merekapun terpaksa menolak pesanan dari luar kota dalam jumlah banyak. Padahal, kata Komari, disamping di lahan pertanian dan petambak ikan, warga produksi Gerabah menjadi alternatif mata pencaharian yang bisa meningkatkan taraf ekonomi warga setempat.

"Untuk menggenjot produksi gerabah, saat ini perajin yang ada di desa Anjun ini sangat membutuhkan alat kerja mesin pencampur tanah atau moln. Kita berharap ada perhatian pemerintah untuk mengembangkan usaha rakyat ini," imbuhnya.[jul]

Tanggapan:
Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan untuk menjadi negara yang mandiri, negara yang tidak hanya mengandalkan barang impor saja untuk memenuhi keinginan pasar. Indonesia memiliki kekayaan alam terbesar didunia, mengapa tidak kita olah saja hasil alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Rakyat Indonesia sendiri saja enggan untuk menggunakan produk dalam negeri, kebanyakan orang dari kalangan menengah atas lebih suka untuk membeli produk impor daripada produk dalam negeri. Beberapa ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber teknologi dari negara lain, terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri.
Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan salah satu faktor tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem ekonomi di Indonesia. Faktor lain yang menghambat perkembangan industri di Indonesia adalah kurang pedulinya pemerintah terhadap perkembangan industri kecil di Indonesia, pemerintah lebih fokus pada pengembangan industri yang berskala lebih besar dengan teknologi yang tinggi. Contoh saja perajin gerabah Subang terancam gulung tikar, padahal dari kerajianan tersebut negara bisa mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan produk tersebut, serta dapat menjadi sumber mata pencaharian untuk masyarakat disekitanya. Bagaimana jadinya apabila usaha tersebut ditutup, maka akan semakin banyak angka penggangguran di negeri ini. Angka kejahatan akan meningkat, banyak anak-anak yang akan putus sekolah karena orang tua mereka sudah tidak bekerja kembali. Akan banyak orang yang akan turun kejalan sebagai pengemis..... hanya untuk mendapat sesuap nasi. Dan efek yang lain adalah terjadinya angka kriminalitas yang tinggi, dimana orang akan menhalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.

Saran: 
Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan nasib dari industri kecil, dimana produk hasil industri kecil tersebut adalah hasil karya dari anak negeri. Jika bukan pemerintah yang memperhatikan nasib industri kecil jadi siapa lagi yang akan memperhatikannya. Kepada siapa para pengusaha akan mengadu, jika bukan kepada para penguasa negeri!!!

Pemerintah segera mengirimkan kebutuhan apa saja yang dibutukan pleh para perajin gerabah. Serta pemerintah dapat saja mengirimkan orang yang ahli dalam usaha ini, agar para perajin bisa mendapatkan pengarahan dalam peningkatan usaha. Sayang sekali apabila usaha ini harus ditutup dengan alasan kekurangan alat. Padahal hasil produksi dari gerabah ini sudah membanjiri pas gerabah di Karawang. Jika pemerintah serius untuk menangani masalah yang dihadapi para perajin ini, bisa saja gerabah yang dihasilkan dapat diekspor ke luar negeri yang nantinya dapat meninggkatkan pendapatan daerah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar